Tuesday, 15 April 2008

Tanah Air Mata

Dalam remang malam yang mulai menyapa, aku duduk tersandar di sebuah bus kota. Sembari menikmati perjalanan, tiba-tiba pikiranku melayang melamunkan tentang kehidupan sosial di sekitarku. Beberapa saat kemudian, seorang lelaki naik ke bus dan "memohon diri" untuk membacakan sebuah sajak. Seolah mengiringi lamunanku dia membawakan sajak berjudul "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bachri:

Tanah airmata tanah tumpah dukaku
mata air airmata kami
airmata tanah air kami

di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami

kami coba simpan nestapa
kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir

ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami

ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami

ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami

kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi

menyerahlah pada kedalaman air mata

0 comments:

  © Blogger template 'SimpleBlue' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP