Tuesday, 15 April 2008

Gaya Hidup Mu Bikin Aku Mati Gaya

Hari sudah beranjak malam, jam sudah menunjukkan angka 18.37. Perutku mulai memainkan orkestra keroncong sebagai pertanda minta makan. Sebuah pesan singkat berisi ajakan makan malem bareng mengarahkan langkah ku ke tempat makan di seberang kantor. Setelah jalan kaki sekitar 13 menit aku sampe di lokasi. Setelah melempar senyum dan berjabat tangan dengan beberapa orang yang hadir aku kemudian duduk di kursi kedua dari pinggir kanan dari delapan kursi yang disediakan dan ditata berhadap-hadapan.

Sembari menunggu pesanan, obrolan mulai mengalir, diawali dengan tema tentang kebutuhan akan makan. Tema kemudian bergeser secara otomatis menjadi wisata kuliner. Hal tersebut, bikin aku cuma bisa bengong. Karena aku biasa makan tanpa perlu embel-embel ini sudah pernah diliput oleh TV loh, tokoh ini pernah makan di sini loh, dan sebagainya dan sejenisnya. Ketika aku merasa tempatnya bersih dan menunya mengundang selera ya makan aja. Aku juga kadang bingung dengan rasa enak versi kebanyakan, karena tidak jarang aku merasa biasa aja. Apakah rasa enak terkait dengan sorotan kamera TV? apakah liputan TV kemudian menjadikan rasa tidak enak menjadi enak? Apakah itu bukan hanya sekedar sugesti mu yang sudah terkontaminasi oleh liputan kuliner di TV?

Makanan yang dipesan sudah disajikan dan kami pun bersantap. Menghentikan sejenak obrolan yang mulai seru. Setelah makan, sambil minum-minum, obrolan kemudian bergeser pada film terbaru di bioskop yang dibintangi artis hollywood yang sedang naik daun. Obrolan makin seru dan disambung dengan tema musik, acara televisi, fashion show, sepak bola, balap mobil, dan tema-tema lain tanpa membedakan tema berdasar gender, karena yang ngumpul juga cowok-cewek. Yang jelas semua tema yang diperbincangkan adalah produk luar negeri. Obrolan terus mengalir dengan renyah sambil diselingi suara seruputan bibir yang sedang minum dan kepulan asap rokok putih dari beberapa bibir temanku, termasuk dari bibir manis salah seorang temen cewek ku. Lagi-lagi aku hanya ikut-ikut senyum dan eham-ehem aja biar terkesan aku juga tertarik dan tau tentang tema-tema yang mereka perbincangkan.

Padahal aku sedang menahan bingung dan memprihatinkan diriku sendiri yang ga tau. Aku hanya tau kalo kebiasaan dan gaya hidup ndeso ku sudah semakin terpinggirkan oleh derasnya arus gaya hidup import yang masuk dengan bebas sebagai konsekuensi dari dunia yang kini sudah tak berbatas.

Situasi itu kembali menyadarkan ku bahwa pengalaman dan latar belakang seseorang akan berpengaruh pada cara pandang nya terhadap kehidupan dan juga gaya hidup nya. Dalam kondisi mati gaya itu, kemudian aku memilih untuk bermain dengan pikiranku sendiri, dengan imajinasiku, dengan dunia ku. Sementara di luar, malam semakin larut...

read more...

Monday, 14 April 2008

Ajari Aku Mencintai Tanah Airku

25 tahun sudah aku tinggal dan besar di negara bernama Indonesia. Memprihatinkan ketika aku sebagai bagian dari generasi muda -yang sering diidentikkan sebagai generasi harapan bangsa- tidak kenal dengan bangsa ku sendiri. aku tidak pernah tertarik mepelajari sejarah secara intensif. Sejarah kuanggap sebagai mata pelajaran penggenp saja, kalah mentereng dengan pelajaran fisika, matematika atau bahasa inggris. Mata pelajaran Kewarganegraan tidak jauh beda nasib nya, bahkan mungkin lebih parah. PPKn , PMP atau apa pun namanya sekarang, cuma dijadikan sebagai bahan ejekan, dipandang sisnis dan sebelah mata.

Menjadi makin parah ketika tipisnya nasionalisme ku kemudian dibenturkan dengan realita dimana kini aku menghadapi berbagai fakta tentang penyelewengan yg merajalela di depan mata. Tentang korupsi, kolusi serta berbagai kecurangan dan manipulsi yang dilakukan oleh berbagi oknum senior yang semestinya jadi panutan ku.
Akhirnya skeptis tumbuh dan meracuni pikiranku akan nasib bangsaku. Seribu kebaikan dan kebajikan yang dimiliki bangsa Indonesia ku seolah sirna oleh nila negatif yang berkelebatan di depan mata, di lingkungan keseharianku.
Ajari aku bangga pada bangsa ini kawan...

read more...

Ada Apa dengan Ayat-Ayat Cinta...?

Hampir sebulan terakhir ini, dunia hiburan Indonesia dihebohkan oleh film berjudul Ayat-Ayat Cinta. Film yang diadopsi dari novel dengan judul yang sama itu telah menghiasi radio, surat kabar dan tentu televisi dengan infotainment nya (bahkan juga program liputan berita). Pemberitaan di media yang terus menerus plus cerita mulut ke mulut telah membuat film Ayat-Ayat Cinta menjadi fenomena yang bikin penasaran orang desa sampai pejabat di lingkungan istana negara. Maka berduyun-duyun lah orang ke bioskop untuk mengobati rasa penasaran sekaligus agar bisa ikut cerita dan komentar tentunya.

Baik buruk itu relatif...tapi beberapa teman di sekeliling yang sudah nonton seolah tidak rela dengan pecahnya rekor yang diakibatkan oleh penjualan tiket yg membludak. Hal ini tentunya tanpa bermaksud menjelekkan, lha wong aku ga bisa bikin film kok, apalagi yang lebih baik, cuma sekedar mereview komen dari temen-temen ku aja.

Yang bikin tambah heboh adalah ketika SBY lengkap dengan menantu dan beberapa jajaran kabinetnya menyempatkan diri duduk hampir 2 jam melihat aksi tutup muka nya Rianti. SBY juga mengaku menitikkan air mata nya sebagi sebuah bentuk apresiasi terhadap film AAC. Wow keren...! selain rekor yang pecah, sejarah kayaknya juga ga mau ketinggalan. Baru pertama seorang presiden -dalam konteks resmi-formal sebagai presiden bukan sebagai pribadi masyarakat biasa- menonton film Indonesia (mohon dikoreksi kalo salah).

Ada Apa dengan AAC..? sehingga rekor pecah dan sejarah terukir..?
Ada filmaker yang jago, hingga film indonesia kian bagus sehingga menyedot banyak penonton. Ada ahli media yang pandai memainkan isu, ada kapitalis yang pandai cari untung. Di lain pihak ada Pilpres di 2009, ada kepentingan politik di sana, ada ahli kampanye yang pandai membangun image. Selain itu masih banyak pihak lain yang bukan tidak mungkin ikut bermain dalam membangun fenomena ini sesuai dengan tujuan dan kepentingan masing-masing.

Dan di sini, ada aku yang ikut-ikut an nonton dan kemudian ikut-ikutan sok menganalisis dan komentar..!

read more...

  © Blogger template 'SimpleBlue' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP